About

This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

Tuesday, September 23, 2014

JANGAN SUKA MENGUMBAR JANJI DIHADAPAN ANAK

Berlaku konsisten mutlak diperlukan dalam mendidk anak.Konsisten merupakan keseuaian antara yang dinyatakan dan tidakan. Anak memiliki ingatan yang tajam terhadap suatu janji, dan ia sanga menghormati orang-orang yang menepati janji baik untuk beri hadiah atau janji untuk memberi sanksi. So, jangan pernah mengumbar janji ada anak dengan tujuan untuk merayunya, agar ia mengikuti permintaan kita seperti segera mandi, selalu belajar, tidak menonton televisi. Pikirlah terlebih dahulu sebelum berjanji apakah kita benar-benar bisa memenuhi janji tersebut. Jika ada janji yang tidak bisa terpenuhi segeralah minta maaf, berikan alasan yang jujur dan minta dia untuk menentukan apa yang kita bisa lakukan bersama anak untuk mengganti janji itu.

APAPUN ALASANNYA, JANGANPERNAH MEMBERI HADIAH PADA PERILAKU BURUK SI ANAK.

Acapkali kita tidak konsisten dengan pernyataan yang pernah kita nyatakan.Bila hal ini terjadi, tanpa kita sadari kita telah mengajari anak untuk melawan kita.Contoh klasik dan sering terjadi adalah pada saat kita bersama anak di tempat umum, anak merengek meminta sesuatu dan rengekennya menjadi teriakan dan ada gerak perlawanan.Anak terus mencari akal agar keinginnanya dikabulkan, bahkan seringkali membuat kita sebagai orang tua malu.Pada saat inilah kita seringkali luluh karena tidak sabar lagi dengan rengekan anak kita.Akhirnya kita mengiyakan keinginan si Anak. “Ya sudah;kamu ambil satu permennya. Satu saja ya!”

Pernyataan tersebut adalah sebagai hadiah bagi perilaku buruk si Anak. Anak akan mempelajarinya dna menerapkannya pada kesempatan lain bahkan mungkin dengan cara yang lebih heboh lagi.
Menghadapi kondisi seperti ini, tetaplah konsisten; tidak perlu malu atau takut dikatakan sebagai orang tua yang kikir atau tega. Orang beefikir demikian belum membaca buku tentang ini dan mengalami masalah yang sama dengan kita. Ingatlah selalu bahwa kita sedang mendidik anak, Sekali kite konsisten anak tak akan pernah mencobanya lagi. Tetaplah KONSISTEN dan pantang menyerah! Apapun alasannya, jangan pernah memberi hadiah pada perilaku buruk si anak.

JANGAN MENAKUTI ANAK

Kebiasaan ini lazim dilakukan oleh para orang tua pada saat anak menangis dan berusaha untuk menenangkannya.Kita juga terbiasa mengancam anak untuk mengalihkan perhatiannya, “Awas ada Pak Satpam, ga boleh beli mainan itu!”Hasilnya memang anak sering kali berhenti merengek atau menangis, namun secara tidak sadar kita telah menanamkan rasa takut atau benci pada institusi atau pihak yang kita sebutkan.

Sebaiknya, berkatalah jujur dan berikan pengertian pada anak seperti kita memberi pengertian kepada orang dewasa karena sesungguhnya anak2 juga mampu berpikir dewasa.Jika anak tetap memaksa, katakanlah dengan penuh pengertian dan tataplah matanya, “Kamu boleh menangis, tapi Papa/Mama tetap tidak akan membelikan permen.”Biarkan anak kita yang memaksa tadi menangis hingga diam dengan sendirinya.

Pastikan dan yakinkan kepada siapa pun yang tinggal di rumah kita untuk memiliki kesepakatan dalam mendidik Anak

Pada saat kita sebagai orang tua sudah berusaha untuk kompak dan sepaham satu sama lain dalam mendidik anak-anak kita, tiba-tiba ada pihak ke-3 yang muncul dan cenderung membela si anak. Pihak ke-3 yang dimaksud seperti kakek, nenek, om, tante, atau pihak lain di luar keluarga inti.

Seperti pada kebiasaan ke-7 (Papa dan Mama tidak Kompak), dampak ke anak tetap negatif bila dalam satu rumah terdapat pihak di luar keluarga inti yang ikut mendidik pada saat keluarga inti mendidik; Anak akan cenderung berlindung di balik orang yang membelanya. Anak juga cenderung melawan orang tuanya.

Apa yang sebaiknya kita lakukan?

Pastikan dan yakinkan kepada siapa pun yang tinggal di rumah kita untuk memiliki kesepakatan dalam mendidik dan tidak ikut campur pada saat proses pendidikan sedang dilakukan oleh kita sebagai orang tua si anak. Berikan pengertian sedemikian rupa dengan bahasa yang bisa diterima dengan baik oleh para pihak ke-3.

ORANG TUA HARUS KOMPAK DALAM MENDIDIK ANAK

Mendidik abak bukan hanya tanggung jawab para ibu atau bapak saja, tapi keduanya.Orang tua harus memiliki kata sepakat dalam mendidik anak2nya.Anak dapat dengan mudah menangkap rasa yang menyenangkan dan tidak menyenangkan bagi dirinya.Misal, seorang Ibu melarang anaknya menonton TV dan memintanya untuk mengerjakan PR, namun pada saat yang bersamaan, si bapak membela si anak dengan dalih tidak mengapa nonton TV terus agar anak tidak stress. Jika hal ini terjadi, anak akan menilai ibunya jahat dan bapaknya baik, akibatnya setiap kali ibunya memberi perintah, ia akan mulai melawan dengan berlindung di balik pembelaan bapaknya. Demikian juga pada kasus sebaliknya.Oleh karena itu, orang tua harus kompak dalam mendidik anak.Di hadapan anak, jangan sampai berbeda pendapat untuk hal2 yang berhubungan langsung dengan persoalan mendidik anak.Pada saat salah satu dari kita sedang mendidik anak, maka pasangan kita harus mendukungnya. Contoh, ketika si Ibu mendidik anaknya untuk berlaku baik terhadap si Kakak, dan si Ayah mengatakan ,”Kakak juga sih yang mulai duluan buat gara2…”. Idealnya, si Ayah mendukung pernyataan, “Betul kata Mama, Dik. Kakak juga perlu kamu sayang dan hormati….”

JANGAN MERENDAHKAN DIRI DIHADAPAN ANAK

Apa yang anda lakukan kalau melihat anak anda bermain Playstation lebih dari belajar? Mungkin yang sering kita ucapkan pada mereka, “Woy… mati in tuh PS nya, ntar dimarahin loh sama papa kalo pulang kerja!” Atau kita ungkapkan dengan pernyataan lain, namun tetap dengan figur yang mungkin ditakuti oleh anak pada saat itu. Contoh pernyataan ancaman diatas adalah ketika yang ditakuti adalah figur Papa.

Perhatikanlah kalimat ancaman tersebut. Kita tidak sadar bahwa kita telah mengajarkan pada anak bahwa yang mampu untuk menghentikan mereka maen ps adalah bapaknya, artinya figure yang hanya ditakuti adalah sang bapak. Maka jangan heran kalau jika anak tidak mengindahkan perkataan kita karena kita tidak mampu menghentikan mereka maen ps.

Apa yang sebaiknya kita lakukan?
Siapkanlah aturan main sebelum kita bicara; setelah siap, dekati anak, tatap matanya, dan katakan dengan nada serius bahwa kita ingin ia berhenti main sekarang atau berikan pilihan, misal “Sayang, Papa/Mama ingin kamu mandi. Kamu mau mandi sekarang atau lima menit lagi?” bila jawabannya “lima menit lagi Pa/Ma”. Kita jawab kembali, “Baik, kita sepakat setelah lima menit kamu mandi ya. Tapi jika tidak berhenti setelah lima menit, dengan terpaksa papa/mama akan simpan PS nya di lemari sampai lusa”. Nah, persis setelah lima menit, dekati si anak, tatap matanya dan katakan sudah lima menit, tanpa tawar menawar atau kompromi lagi. Jika sang anak tidak nurut, segera laksanakan konsekuensinya.

JANGAN MENEKANKAN HAL-HAL YANG SALAH PADA ANAK

Kebiasaan ini hampir sama dengan kebiasaan di atas. Banyak orang tua yang sering mengeluhkan tentang anak2nya tidak akur, suka bertengkar.Pada saat anak kita bertengkar, perhatian kita tertuju pada mereka, kita mencoba melerai atau bahkan memarahi.Tapi apakah kita sebagai orang tua memperhatikan mereka pada saat mereka bermain dengan akur?Kita seringkali menganggapnya tidak perlu menyapa mereka karena mereka sedang akur. Pemikiran tersebut keliru, karena hak itu akan memicu mereka untuk bertengkar agar bisa menarik perhatian orang tuanya,

Apa yang sebaiknya kita lakukan?
Berilah pujian setiap kali mereka bermain sengan asyik dan rukun, setiap kali mereka berbagi di antara mereka dengan kalimat sederhana dan mudah dipahami, misal: ”Nah, gitu donk kalau main. Yang rukun.”Peluklah mereka sebagai ungkapan senang dan sayang.

KESALAHAN ORANG TUA "BICARA TIDAK TEPAT SASARAN PADA ANAK"

Pernahkah kita menghardik anak dengan kalimat seperti, “Papa/Mama tidak suka bila kamu begini/begitu!” atau “Papa/Mama tidak mau kamu berbuat seperti itu lagi!” Namun kita lupa menjelaskan secara rinci dan dengan baik, hal2 atau tindakan apa saja yang kita inginkan. Anak tidak pernah tahu apa yang diinginkan atai dibutuhkan oleh orang tuanya dalam hal berperilaku. Akibatnya anak terus mencoba sesuatu yang baru.Dari sekian banyak percobaan yang dilakukannya, ternyata selalu dikatakan salah oleh orang tuanya.Hal ini mengakibatkan mereka berbalik untuk dengan sengaja melakukan hal2 yang tidak disukai orang tuanya. Tujuannya untuk mrmbuat orang tuanya kesal sebagia bentuk kekesalan yang juga ia alami (tindakannya selalu salah di hadapan orang tua).

Apa yang sebaiknya kita lakukan?
Sampaikanlah hal2 atau tindakan2 yang kita inginkan atau butuhkan pada saat kita menegur mereka terhadap perilaku atau hal yang tidak kita sukai.Komnikasikan secara intensif hal atau perilaku yang kita inginkan atau butuhkan. Dan pada waktunya, ketika mereka sudah megalami dan melakukan segala hal atau perilaku yang kita inginkan atau butuhkan , ucapkanlah terimakasih dengan tulus dan penuh kasih sayang atas segala usahanya untuk berubah.

JANGAN SUKA / SERING MENGANCAM ANAK

“Adik, jangan naik ke atas meja!nanti jatuh dan nggak ada yang mau menolong!”
“Jangan ganggu adik,nanti Mama/Papa marah!”

Dari sisi anak pernyataan yang sifatnya melarang atau perintah dan dilakukan dengan cara berteriak tanpa kita beranjak dari tempat duduk atau tanpa kita menghentikan suatu aktivitas, pernyataan itu sudah termasuk ancaman. Terlebih ada kalimat tambahan “….nanti Mama/Papa marah!”
Seorang anak adalah makhluk yang sangat pandai dalam mempelajari pola orang tuanya; dia tidak hanya bisa mengetahui pola orang tuanya mendidik, tapi dapat membelokkan pola atau malah mengendalikan pola orang tuanya. Hal ini terjadi bila kita sering menggunakan ancaman dengan kata-kata,namun setelah itu tidak ada tindak lanjut atau mungkin kita sudah lupa dengan ancaman-ancaman yang pernah kita ucapkan

Apa yang sebaiknya kita lakukan? .
Kita tidak perlu berteriak-teriak seperti itu.Dekati si anak, hadapkan seluruh tubuh dan perhatian kita padanya.tatap matanya dengan lembut, namum perlihatkan ekspresi kita tidak senang dengan tindakan yang mereka lakukan. Sikap itu juga dipertegas dengan kata-kata, “Sayang, Papa/Mama mohon supaya kamu boleh meminjamkan mainan ini pada adikmu.Papa/Mama akan makin sayang sama kamu.”Tidak perlu dengan ancaman atau teriaka-teriakan. Atau kita bisa juga menyatakan suatu pernyataan yang menjelaskan suatu konsekuensi, misal “Sayang, bila kamu tidak meminjamkan mainan in ke adikmu,Papa/Mama akan menyimpan mainan ini dan kalian berdua tidak bisa bermain. Mainan akan Papa/Mama keluarkan, bila kamu mau pinjamkan mainan itu ke adikmu. Tepati pernyataan kita dengan tindakan.

INILAH ALASAN MENGAPA ANAK SERING BERBOHONG

Awalnya anak-anak kita adalah anak yang selalu mendengarkan kata-kata orang tuanya, Mengapa?Karena mereka percaya sepenuhnya pada orang tuanya. Namun, ketika anak beranjak besar, ia sudah tidak menuruti perkataan atau permintaan kita? Apa yang terjadi? Apakah anak kita sudah tidak percaya lagi dengan perkataan atau ucapan-ucapan kita lagi?

Tanpa sadar kita sebagai orang tua setiap hari sering membohongi anak untuk menghindari keinginannya. Salah satu contoh pada saat kita terburu-buru pergi ke kantor di pagi hari, anak kita meminta ikut atau mengajak berkeliling perumahan. Apa yang kita lakukan? Apakah kita menjelaskannya dengan kalimat yang jujur? Atau kita lebih memilih berbohong dengan mengalihkan perhatian si kecil ke tempat lain, setelah itu kita buru-buru pergi? Atau yang ekstrem kita mengatakan, “Papa/Mama hanya sebentar kok, hanya ke depan saja ya, sebentaaar saja ya, Sayang.” Tapi ternyata, kita pulang malam. Contah lain yang sering kita lakukan ketika kita sedang menyuapi makan anak kita, “Kalo maemnya susah, nanti Papa?Mama tidak ajak jalan-jalan loh.” Padahal secara logika antara jalan-jalan dan cara/pola makan anak, tidak ada hubungannya sama sekali.

Dari beberapa contah di atas, jika kita berbohong ringan atau sering kita istilahkan “bohong kecil”, dampaknya ternyata besar.Anak tidak percaya lagi dengan kita sebagai orang tua.Anak tidak dapat membedakan pernyataan kita yang bisa dipercaya atau tidak.akibat lebih lanjut, anak menganggap semua yang diucapkan oleh orang tuanya itu selalu bohong, anak mulai tidak menuruti segala perkataan kita.

Apa yang sebaiknya kita lakukan?

Berkatalah dengan jujur kepada anak. Ungkapkan dengan penuh kasih dan pengertian:

“Sayang, Papa/Mama mau pergi ke kantor. Kamu tidak bisa ikut.Tapi kalo Papa/Mama ke kebun binatang, kamu bisa ikut.”

Kita tak perlu merasa khawatir dan menjadi terburu-buru dengan keadaan ini.Pastinya membutuhkan waktu lebih untuk memberi pengertian kepada anak karena biasanya mereka menangis. Anak menangis karena ia belum memahami keadaan mengapa orang tuanya harus selalu pergi di pagi hari. Kita harus bersabar dan lakukan pengertian kepada mereka secara terus menerus. Perlahan anak akan memahami keadaan mengapa orang tuanya selalu pergi di pagi hari dan bila pergi bekerja, anak tidak bisa ikut. Sebaliknya bila pergi ke tempat selain kantor, anak pasti diajak orang tuanya. Pastikan kita selalu jujur dalam mengatakan sesuatu. Anak akan mampu memahami dan menuruti apa yang kita katakan.

MENGAPA ANAK TIDAK PERNAH MERASA BERSALAH?

Sewaktu anak kita masih kecil dan belajar jalan tidak jarang tanpa sengaja mereka menabrak kursi atau meja.Lalu mereka menangis.Umumnya, yang dilakukan oleh orang tua supaya tangisan anak berhenti adalah dengan memukul kursi atau meja yang tanpa sengaja mereka tabrak.Sambil mengatakan, “Siapa yang nakal ya? Ini sudah Papa/Mama pukul kursi/mejanya…sudah cup….cup…diem ya..Akhirnya si anak pun terdiam.

Ketika proses pemukulan terhadap benda benda yang mereka tabrak terjadi, sebenarnya kita telah mengajarkan kepada anak kita bahwa ia tidak pernah bersalah.
Yang salah orang atau benda lain. Pemikiran ini akan terus terbawa hingga ia dewasa. Akibatnya, setiap ia mengalami suatu peristiwa dan terjadi suatu kekeliruan, maka yang keliru atau salah adalah orang lain, dan dirinya selalu benar. Akibat lebih lanjut, yang pantas untuk diberi peringatan sanksi, atau hukuman adalah orang lain yang tidak melakukan suatu kekeliruan atau kesalahan.

Kita sebagai orang tua baru menyadari hal tersebut ketika si anak sudah mulai melawan pada kita.Perilaku melawan ini terbangun sejak kecil karena tanpa sadar kita telah mengajarkan untuk tidak pernah merasa bersalah.

Lalu, apa yang sebaiknya kita lakukan ketika si anak yang baru berjalan menabrak sesuatu sehingga membuatnya menangis? Yang sebaiknya kita lakukan adalah ajarilah ia untuk bertanggung jawab atas apa yang terjadi; katakanlah padanya (sambil mengusap bagian yang menurutnya terasa sakit): ” Sayang, kamu terbentur ya. Sakit ya?Lain kali hati-hati ya, jalannya pelan-pelan saja dulu supaya tidak membentur lagi.”

Tuesday, September 16, 2014

CERPEN - AKU RELA

AKU RELA
Oleh: Nuvia Aningtias & Insan Ali Mustofa
                 Aku tak peduli pada semua yang sedang berlangsung ,aku tak peduli dengan bapak dan ibu cerewet di depan kelas yang sedang menjelaskan materi, aku tak peduli akan catatan-catatan yang ia tuliskan di papan, aku tak peduli dengan semuanya. Aku hanya mempedulikan diriku sendiri, pikiranku, hatiku. Mengapa diam-diam aku masih memperhatikanmu? Mengapa aku masih memikirkanmu? Beribu kata”mengapa” selalu berputar di kepalaku, tapi aku pun tidak bisa menjawabnya.
            Ku hadapkan kepalaku ke arah keluar kelas, ramai sekali di luar sana, seramai pikiranku yang memikirkanmu. Entah mengapa semua ini tiada habisnya. Aku masih memikirkanmu, bahkan masih sering menangisimu. Bertanya-tanya kenapa kamu membuatku seperti ini. Mataku sudah kering untuk menangis lagi, hatiku seakaen hancur di penuhi sesak yang tiada habisnya bila mengingatmu, mengingat masa kita, dulu semuanya terasa indah. Sangat indah, tapi bagaimana dengan sekarang? Apakah air mata dan hatiku yang sakit ini termasu"k indah? Tidak kan??
            Aku mulai memejamkan mataku, mengingat-ingat semuanya. Kata-katamu di hari itu, genggaman erat tanganmu, air mataku.............. perlahan semuanya langsung hinggap di dalam memoriku, membuat rasa sesak rasa sesak di hati ini terasa lagi, kenapa sesak ini tak kunjung sembuh? Apakah di dalam sana hatiku masih rapuh? Kenapa sesakit ini rapuh karnamu? Kapan aku bisa melupakanmu? Melupakan semua kenangan kita?? Kejadian di hari itu sudah membuatku kehilangan separuh hidupku, kau tanyakan suatu pertanyaan yang bahkan aku tak berani untuk menjawabnya.
“Ris...!!!” satu buah pesan singkat sampai pada ponselku, ternyata dari Andi. “Iya, kenapa ?” balasku lembut. “Apa kamu masih menyayangiku?”, “kenapa menanyakan hal itu? Kamu sendiri bagaimana?”Tanyaku bingung. “Sudahlah jawab saja ”. “Tentu saja masih”. “Iya akupun sama” mendengar ucapannya semalam hatiku terasa bahagia.
            Pagi ini entah mengapa aku begitu bersemangat untuk pergi ke sekolah. Sepertinya sejuta kebahagiaan telah menantiku, tapi sayangnya semua itu hanya harapan kosong, yang kudapat bukan kebahagiaan melainkan tetes air mata. Kata-katamu semalam kau masih menyayangiku, tapi mengapa kini kau bersama orang lain. Kamu telah berbohong, kamu salah, ya.. kamu memang salah.
            “Aku mengerti cukup sampai disini, berbahagialah dengannya” batinku berusaha untuk menenangkan hatiku. Aku terkejut, tiba-tiba saja semuanya terasa berat, terasa hancur, sangat terasa bahwa hal ini sangat menyakitkan. Badanku terasa lemas, aku masih tak percaya tentang apa yang kamu katakan, apa yang kamu lakukan. Pasti ini mimpi.... batinku. “Ya, ini mimpi” aku hanya perlu bangun dan semuanya akan kembali normal, tapi sayangnya ini bukan mimpi melainkan kenyataan pahit yang benar benar terjadi.
            Aku hancur, hatiku terasa semakin sakit, sesak sudah mengepul di dadaku. Air mataku mulai menetes. Jadi apa yang kamu katakan kemarin malam bohong ?? yang sebenarnya kamu sayangi itu dia bukan aku. Aku masih menatapmu, menatap mata indah yang dulu jadi dunia indahku, apa aku dan kamu memang sudah berakhir ? ah, entahlah... ingin sekali menghampirimu lalu menampar pipimu ataupun memelukmu dan tak akan ku lepaskannya, tapi siapa aku ini ?



            Aku hanya orang lemah yang sempat dibuat kuat dan sekarang rapuh karena orang yang sangat aku sayang. Lemah, hancur, rapuh, perih, inilah aku.... Entah kenapa sampai sekarang kata-kata bohongmu, peristiwa-peristiwa menyakitkan yang selalu ku rasakan masih teringat olehku. Aku berusaha melupakannya, tetapi sosokmu selalu datang dan membuat semuanya gagal.
            Senyummu, wajahmu, perhatianmu, kata-katamu, dan kenanganmu.... semuanya terlalu manis. Kamu yang memulai dan kamu juga yang mengakhiri kisah ini. Apakah benar kamu bukan milikku lagi ?? kau tetap milikku tapi itu hanya dalam mimpiku. Aku terus memandang keluar kelas menyibukkan diri dengan pikiranku, tiba-tiba saja kau lewat, berhenti sekejap di depan kelasku, kau melihat kearahku lalu tersenyum. Kuperhatikan senyum manismu yang dulu sering kau berikan kepadaku. Senyum yang dulu jadi penyemangat langkahku. Tapi sekarang entah yang ada senyum manismu itu membuat hatiku semakin sakit.
Aku menelan ludah pahit, perlahan ku ukirkan secuil senyuman di wajahku dengan terpaksa, senyuman yang menyembunyikan kesedihanku, senyuman palsu. Hatiku semakin rapuh, kaupun segera berlalu. Sial, sampai kapan hatiku rapuh ? sampai kapan senyuman palsu ini menutupi kepedihanku ? aku lelah dengan semua ini, aku lelah belajar rela, rela belajar tegar, aku lelah......
Semakin aku mencoba merelakan, semakin terasa perih hatiku, sesak ini sudah menyatu dengan tubuhku, menggerogiti hatiku, membunuh diriku secara perlahan. Hari demi hari telah ku lalui, saat sinar sang mentari mulai membakar tubuh ini, bel sekolah telah berdering, tanda jam pelajaran  telah usai. Ku berjalan menyusuri lorong kelas, dengan membawa buku di sisi tangan kananku. Tak sengaja ku jatuhkan buku-buku ku, tiba-tiba tangan seorang pria mengambil dan memberikan buku itu padaku, ia tersenyum padaku. Merah pipiku, sudah lama aku tak merasakan hal ini, jantungku berdetak kencang saat dia menatapku, padahal baru pertama kali ini aku melihatnya.
“Ini bukunya” kata lelaki tampan itu. “Iya, terima kasih” jawabku lembut. “Siapa namamu ?” tanyanya. Kujawab “Namaku Risma”. “Kenalkan namaku Ivan, maaf ya... aku terburu-buru”kata Ielaki itu, dengan segera ia berjalan meninggalkanku. Setelah sampai di rumah, aku langsung menuju kamar kecilku. Ku terlentang diatas busa halus kesanganku dengan ditemani boneka-boneka ku yang lucu, yang selalu setia menemaniku. Tiba-tiba terlintas dipikiranku, lelaki yang telah menolongku tadi. “Kapan aku bisa bertemu dengannya lagi ?” batinku. “Semoga saja aku bisa bertemu dengannya besok”
Beberapa hari telah berlalu, namun aku tak kunjung bisa menemukan bayangannya. Tiba pada suatu ketika, aku berkunjung ke perpustakaan sekolahku. Tanpa disengaja ia lewat disampingku, lelaki yang dulu pernah menolongku. Saat itu juga aku menyapanya “Hai... masih ingat aku nggak” lelaki itu tampak masih berpikir sejenak. “Kamu Risma kan ? yang dulu bukunya jatuh”kata Ivan. “Iya, benar” jawabku. Kami pun duduk dibangku perpustakaan, kami mulai berbincang-bincang seolah-olah kami telah kenal satu sama lain. Bel masuk terdengar, ia meminta nomor ponselku dengan tergesa-gesa. Segera aku tulis dan kuberikan padanya secarik kertas berisi nomor Hp ku. “Nanti akan kuhubungi, ditunggu ya....!!!”, aku mengangguk dan tersenyum kecil padanya.
HrrrrHrrr..... Hpku bergetar tanda ada sebuah pesan masuk. Segera kubaca pesan itu, ternyata pesan itu dari Ivan. Berbunga-bunga rasanya hati ini. Kubalas pesannya dan memulai percakapan. Hal itu selalu berlangsung setiap hari. Tanpa sadar, ada sesuatu yang mengganjal dihati. Perasaan yang selama ini kupendam untuknya. Hal ini berlangsung cukup lama, baik dirumah maupun disekolah kami selalu berdua. Seperti sepasang merpati yang tak pernah meninggalkan pasangannya. Tapi sayangnya dia belum mengungkapkan perasaannya padaku. Suatu malam, dimalam yang tak bisa membuatku tidur nyenyak. Dimana di anganku selalu terbayang dirinya. Betapa manis senyumannya, lembut tutur katanya, baik hatinya, tegas sifatnya, gagah dan tampan rupanya laksana Arjuna.  Apakah dia merasakan hal yang sama dengan apa yang kurasakan? Aku tak tahu.
Lamaaa sekali hal yang selama ini kunantikan tak kunjung sampai. Saat aku mulai letih untuk menanti sepatah ucapan cinta dari dalam hatinya, hatiku mulai bimbang untuknya. Ragu dalam hati ini, apakah dia tak mencintaiku ? atau aku yang harus memulai dulu untuk menyatakan cinta ?. Sampai suatu ketika, hari yang selama ini kunantikan telah datang. Ia mengajakku ketengah lapangn sekolah, di suasana istirahat yang ramai. Ku bertanya padanya, “Mau  ngapain sih?” tanyaku, tapi ia hanya terdiam sambil tersenyum. Aku jadi semakin bingung dibuatnya. Ketika itu pula mataku ditutup kedua telapak tangannya yang halus bak kain sutra. Dia berkata “Setelah hitungan ketiga, kamu bisa membuka mata indahmu kembali. Satu.... Dua.......... Ti......................ga...”. Perlahan kubuka mataku, sontak aku terkejut dibuatnya. Terlihat didepan mataku rangkaian kata dihiasi bunga-bunga cantik dan beberapa balon berbentuk hati di papan besar yang dibawanya. Yang bertuliskan kata “I LOVE YOU, maukah kau jadi kekasihku ?” Aku masih bingung ingin berkata apa, sementara semua teman-temanku bersorak dan berkata “Terima, terima, terima ” dengan menepukkan kedua tangannya, tanda mereka merestui hubungan kami. Akupun setuju dengan pendapat mereka. Kuanggukkan kepalaku, rasa bahagia dan malu malu menyelimuti hatiku. Serasa hatiku diterbangkan kesurga olehnya.
Beberapa hari setelah kita jadian, aku merasa dia benar-benar mencintaiku. Buktinya ia bisa membuatku melupakan semua hal yang kualami selama bersama Andi, rasa pahit yang pernah kualami kini berganti manis semanis madu. Sesak yang kuderita kini telah menjadi lega. Rasa perih menjadi sembuh terobati olehnya. Aku hanya orang lemah yang selalu dibuat kuat oleh orang yang selalu menyayangiku. Rasa lelah saat bersama Andi kini menjadi semangat yang membara saat bersama Ivan. Sekarang aku telah rela,rela melepas dan melupakan semua tentang Andi, dan aku juga rela hatiku dimiliki oleh Ivan.
-TAMAT-