KATA PENGANTAR
Puji
syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas segala limpahan Rahmat
dan Hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas mata kuliah ini
tepat pada waktunya. Dan terimakasih Dosen pembimbing yang telah membimbing
dalam penyusunan tugas ini.
Penulis
menyadari sepenuhnya bahwa dalam
penyusunan tugas ini tidak terlepas dari
kekurangan, Oleh karena itu mohon kiranya kritik dan saran dari semua pihak
yang sifatnya membangun guna kesempurnaan penyusunan tugas ini lebih lanjut.
Malang, 2014
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL................................................................................... I
KATA PENGANTAR.................................................................................
II
DAFTAR ISI................................................................................................ III
BAB I PENDAHULUAN............................................................................ 1
Latar
Belakang............................................................................. 1
BAB II KAJIAN PUSTAKA......................................................................
2.1
Pengertian pendidikan jasmani.....................................................
2.2
Tujuan pendidikan jasmani...........................................................
2.3
Ruang lingkup pendidikan jasmani..............................................
2.4
Hakekat olahraga dan penjas........................................................
2.5
Pengajaran etika dalam pendidikan jasmani.................................
2.6
Perbedaan makna pendidikan jasmani dan pendidkan olahraga..
2.7. Perumusan
materi dalam pembelajaran
penjasorkes................
BAB III PENUTUP.....................................................................................
3.1. Kesimpulan..........................................................................
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pendidikan
jasmani sebagai komponen pendidikan secara keseluruhan telah disadari oleh
banyak kalangan. Namun, dalam pelaksanaannya pengajaran pendidikan jasmani
berjalan belum efektif seperti yang diharapkan. Pembelajaran pendidikan jasmani
cenderung tradisional.
Model
pembelajaran pendidikan jasmani tidak harus terpusat pada guru tetap pada
siswa. Orientasi pembelajaran harus disesuaikan dengan perkembangan anak, isi
dan urusan materi serta cara penyampaian harus disesuaikan sehingga menarik dan
menyenangkan, sasaran pembelajaran ditujukan bukan hanya mengembangkan
keterampilan olahraga, tetapi pada perkembangan pribadi anak seutuhnya. Konsep
dasar pendidikan jasmani dan model pengajaran pendidikan jasmani yang efektif
perlu dipahami oleh mereka yang hendak mengajar pendidikan jasmani.
Pengertian pendidikan jasmani sering dikaburkan dengan konsep lain. Konsep. Itu menyamakan pendidikan jasmani dengan setiap usaha atau kegiatan yang mengarah pada pengembangan organ-organ tubuh manusia (body building), kesegaran jasmani (physical fitness), kegiatan fisik (physical activities), dan pengembangan keterampilan (skill development).
Pengertian pendidikan jasmani sering dikaburkan dengan konsep lain. Konsep. Itu menyamakan pendidikan jasmani dengan setiap usaha atau kegiatan yang mengarah pada pengembangan organ-organ tubuh manusia (body building), kesegaran jasmani (physical fitness), kegiatan fisik (physical activities), dan pengembangan keterampilan (skill development).
Pengertian
itu memberikan pandangan yang sempit dan menyesatkan arti pendidikan jasmani
yang sebenarnya. Walaupun memang benar aktivitas fisik itu mempunyai tujuan
tertentu, namun karena tidak dikaitkan dengan tujuan pendidikan, maka kegiatan
itu tidak mengandung unsur-unsur pedagogik.
Pendidikan jasmani bukan hanya merupakan aktivitas pengembangan fisik secara terisolasi, akan tetapi harus berada dalam konteks pendidikan secara umum (general education). Sudah barang tentu proses tersebut dilakukan dengan sadar dan melibatkan interaksi sistematik antar pelakunya untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Bagaimanakah definisi pendidikan yang kita anut? Adanya perbedaan pengertian itu pendidikan jasmani dengan istilah-istilah lain seperti gerak badan, aktivitas fisik, kesegaran jasmani, dan olahraga hendaknya tidak menimbulkan polemik yang menyesatkan. Perbedaan pendapat itu sesuatu yang wajar, yang terpenting seseorang harus melakukan pembatasan pengertian yang dianut secara jelas dan konsisten apabila membicarakan atau menuliskan berbagai istilah itu sehingga tidak rancu.
Pendidikan jasmani adalah suatu proses pendidikan seseorang sebagai perorangan atau anggota masyarakat yang dilakukan secara sadar dan sistematik melalui berbagai kegiatan jasmani untuk memperoleh pertumbuhan jasmani, kesehatan dan kesegaran jasmani, kemampuan dan keterampilan, kecerdasan dan perkembangan watak serta kepribadian yang harmonis dalam rangka pembentukan manusia Indonesia berkualitas berdasarkan Pancasila. Secara eksplisit istilah pendidikan jasmani dibedakan dengan olahraga. Dalam arti sempit olahraga diidentikkan sebagai gerak badan. Olahraga ditilik dari asal katanya dari bahasa jawa olah yang berarti melatih diri dan rogo (raga) berarti badan. Secara luas olahraga dapat diartikan sebagai segala kegiatan atau usaha untuk mendorong, membangkitkan, mengembangkan dan membina kekuatan-kekuatan jasmaniah maupun rokhaniah pada setiap manusia.
Pendidikan jasmani bukan hanya merupakan aktivitas pengembangan fisik secara terisolasi, akan tetapi harus berada dalam konteks pendidikan secara umum (general education). Sudah barang tentu proses tersebut dilakukan dengan sadar dan melibatkan interaksi sistematik antar pelakunya untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Bagaimanakah definisi pendidikan yang kita anut? Adanya perbedaan pengertian itu pendidikan jasmani dengan istilah-istilah lain seperti gerak badan, aktivitas fisik, kesegaran jasmani, dan olahraga hendaknya tidak menimbulkan polemik yang menyesatkan. Perbedaan pendapat itu sesuatu yang wajar, yang terpenting seseorang harus melakukan pembatasan pengertian yang dianut secara jelas dan konsisten apabila membicarakan atau menuliskan berbagai istilah itu sehingga tidak rancu.
Pendidikan jasmani adalah suatu proses pendidikan seseorang sebagai perorangan atau anggota masyarakat yang dilakukan secara sadar dan sistematik melalui berbagai kegiatan jasmani untuk memperoleh pertumbuhan jasmani, kesehatan dan kesegaran jasmani, kemampuan dan keterampilan, kecerdasan dan perkembangan watak serta kepribadian yang harmonis dalam rangka pembentukan manusia Indonesia berkualitas berdasarkan Pancasila. Secara eksplisit istilah pendidikan jasmani dibedakan dengan olahraga. Dalam arti sempit olahraga diidentikkan sebagai gerak badan. Olahraga ditilik dari asal katanya dari bahasa jawa olah yang berarti melatih diri dan rogo (raga) berarti badan. Secara luas olahraga dapat diartikan sebagai segala kegiatan atau usaha untuk mendorong, membangkitkan, mengembangkan dan membina kekuatan-kekuatan jasmaniah maupun rokhaniah pada setiap manusia.
Olahraga
adalah proses sistematik yang berupa segala kegiatan atau usaha yang dapat
mendorong mengembangkan, dan membina potensi-potensi jasmaniah dan rohaniah
seseorang sebagai perorangan atau anggota masyarakat dalam bentuk permainan,
perlombaan/ pertandingan, dan kegiatan jasmani yang intensif untuk memperoleh
rekreasi, kemenangan, dan prestasi puncak dalam rangka pembentukan manusia
Indonesia seutuhnya yang berkualitas berdasarkan Pancasila.
Dapat disimpulkan bahwa pendidikan jasmani merupakan proses pendidikan yang memanfaatkan aktivitas jasmani dan direncanakan secara sistematik bertujuan untuk meningkatkan individu secara organik, neuromoskuler, perseptual, kognitif, sosial dan emosional.
Dapat disimpulkan bahwa pendidikan jasmani merupakan proses pendidikan yang memanfaatkan aktivitas jasmani dan direncanakan secara sistematik bertujuan untuk meningkatkan individu secara organik, neuromoskuler, perseptual, kognitif, sosial dan emosional.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Pengertian pendidikan jasmani
Pendidikan jasmani merupakan suatu
proses seseorang sebagai individu maupun anggota masyarakat yang dilakukan
secara sadar dan sistematik melalui berbagai kegiatan dalam rangka memperoleh
kemampuan dan keterampilan jasmani, pertumbuhan, kecerdasan, dan pembentukan
watak
Pendidikan jasmani pada hakikatnya
adalah proses pendidikan yang memanfaatkan aktivitas fisik untuk menghasilkan
perubahan holistik dalam kualitas individu, baik dalam hal fisik, mental, serta
emosional.
Pendidikan
jasmani dan olahraga adalah laboratorium bagi pengalaman manusia, karena dalam
pendidikan jasmani menyediakan kesempatan untuk memperlihatkan mengembangan
karakter. Pengajaran etika dalam pendidikan jasmani biasanya dengan contoh atau
perilaku. Pengajar tidak baik berkata kepada muridnya untuk memperlakukan orang
lain secara adil kalau dia tidak memperlakukan muridnya secara adil.
Selain dari pada
itu pendidikan jasmani dan olahraga begitu kaya akan pengalaman emosional.
Aneka macam emosi terlibat di dalamnya. Kegiatan pendidikan jasmani dan
olahraga yang berakar pada permainan, ketrampilan dan ketangkasan memerlukan
pengerahan energi untuk menghasilkan yang terbaik.
Pantas rasanya jika kita setuju untuk mengemukakan
bahwa pendidikan jasmani dan olahraga merupakan dasar atau alat pendidikan
dalam membentuk manusia seutuhnya, dalam pengembangan kemampuan cognitif,
afektif dan psikomotor yang behavior dalam membentuk kemampuan manusia yang
berwatak dan bermoral.
2.2 Tujuan Pendidikan Jasmani
Mengembangkan keterampilan pengelolaan diri dalam upaya
pengembangan dan pemeliharaan kebugaran jasmani serta pola hidup sehat melalui
berbagai aktivitas jasmani dan olahraga yang terpilih.
Meningkatkan pertumbuhan fisik dan pengembangan psikis yang
lebih baik.
Meningkatkan kemampuan dan keterampilan gerak dasar
Meletakkan landasan karakter moral yang kuat melalui
internalisasi nilai-nilai yang terkandung di dalam pendidikan jasmani, olahraga
dan kesehatan.
Mengembangkan sikap sportif, jujur, disiplin,
bertanggungjawab, kerjasama, percaya diri dan demokratis.
Mengembangkan keterampilan untuk menjaga keselamatan diri
sendiri, orang lain dan lingkungan.
Memahami konsep aktivitas jasmani dan olahraga di lingkungan
yang bersih sebagai informasi untuk mencapai pertumbuhan fisik yang sempurna,
pola hidup sehat dan kebugaran, terampil, serta memiliki sikap yang positif.
Permainan dan olahraga meliputi: olahraga tradisional,
permainan. eksplorasi gerak, keterampilan lokomotor non-lokomotor,dan
manipulatif, atletik, kasti, rounders, kippers, sepak bola, bola basket, bola
voli, tenis meja, tenis lapangan, bulu tangkis, dan beladiri, serta aktivitas
lainnya.
Aktivitas pengembangan meliputi: mekanika sikap tubuh,
komponen kebugaran jasmani, dan bentuk postur tubuh serta aktivitas lainnya
Aktivitas senam meliputi: ketangkasan sederhana, ketangkasan
tanpa alat, ketangkasan dengan alat, dan senam lantai, serta aktivitas lainnya
Aktivitas ritmik meliputi: gerak bebas, senam pagi, SKJ, dan
senam aerobic serta aktivitas lainnya
Aktivitas air meliputi: permainan di air, keselamatan air,
keterampilan bergerak di air, dan renang serta aktivitas lainnya
Pendidikan luar kelas, meliputi: piknik/karyawisata,
pengenalan lingkungan, berkemah, menjelajah, dan mendaki gunung
Kesehatan, meliputi penanaman budaya hidup sehat dalam
kehidupan sehari-hari, khususnya yang terkait dengan perawatan tubuh agar tetap
sehat, merawat lingkungan yang sehat, memilih makanan dan minuman yang sehat,
mencegah dan merawat cidera, mengatur waktu istirahat yang tepat dan berperan
aktif dalam kegiatan P3K dan UKS. Aspek kesehatan merupakan aspek tersendiri,
dan secara implisit masuk ke dalam semua aspek.
2.4 Hakekat olahraga dan penjas
Filsafat olahraga, seperti filsafat lainnya, dalam olahraga
ada beberapa konsep yang perlu dikaji dan dipahami secara mendalam. Konsep ini
bersifat abstrak yaitu ‘mental image’. Walau kita tahu bahwa konsep ini
abstrak, tetapi didalam konsep ini ada makna tertentu, walau perbedaan makna
pada setiap individu berbeda-beda tentang ini.
Konsep dasar tentang keolahragaan beragam, seperti bermain (play), Pendidikan jasmani (Physical education), olahraga (Sport), rekreasi (recreation), tari (dance).
Bermain (play)
adalah fitrah manusia yang hakiki sebagai mahluk bermain (homo luden), bermain suatu kegiatan
yang tidak berpretensi apa-apa.
Dalam bermain terdapat unsur ketegangan, yang tidak lepas
dari etika seperti semangat fair play yang sekaligus menguji ketangguhan,
keberanian dan kejujuran pemain, walau tanpa wasitpun permainan anak-anak
terlihat belum tercemar.
Dalam bermain terdapat unsur ketegangan, yang tidak lepas
dari etika seperti semangat fair play yang sekaligus menguji ketangguhan,
keberanian dan kejujuran pemain, walau tanpa wasitpun permainan anak-anak
terlihat menyenangkan dan gembira ini merupakan bentuk permainan yang belum
tercemar.
Dalam bermain pendidikan etika yang ada tidak mengenal pada
suatu ajaran tertentu, karena anak bermain tidak melihat sisi religius teman
dan bentuk permainan, karena tidak ada aturan dalam hal religus dalam bentuk
permainan, pendidikan etika disini yang membetuk manusia yang baik dan kritis,
sehingga proses pemberian pembelajarannya lebih bersifat mengembangkan daya
pikir kritis dengan mengamati realitas kehidupan.
Seperti melihat harimau, maka anak akan meniru gaya harimau
yang menerkam mangsa, simangsa sudah tentu adalah teman sepermainnya. Temannya
akan berjuang mempertahankan dengan bergelut.
Bermain dalam alam anak memberikan konsep anak bertanggung
jawab terhadap permainan tersebut. Ketika terjadi “perselisihan” maka tanggung
jawab anak terhadap permainan ini membantu dalam pengembangan moralnya.
Olahraga (sport)
yang merupakan kegiatan otot yang energik dan dalam kegiatan itu atlet
memperagakan kemampuan geraknya (performa) dan kemauannya semaksimal mungkin,
akan tetapi perkembangan teknologi memungkinkan faktor mesin menjadi techno-sport, seperti balap mobil,
balap motor, yang banyak tergantung dengan faktor mesin.
2.5 Pengajaran etika dalam pendidikan jasmani
Kita telah menyadari bahwa pendidikan jasmani dan olahraga
adalah laboratorium bagi pengalaman manusia, oleh sebab itu guru pendidikan
jasmani harus mencoba mengajarkan etika dan nilai dalam proses belajar
mengajar, yang mengarah pada kesempatan untuk membentuk karakter anak.
Karakter anak didik yang dimaksud tentunya tidak lepas dari
karakter bangsa Indonesia serta kepribadian utuh anak, selain harus dilakukan
oleh setiap orangtua dalam keluarga, juga dapat diupayakan melainkan pendidikan
nilai di sekolah. Saran yang bisa diangkat yaitu :
Seluruh suasana dan iklim di sekolah sendirii sebagai
lingkungan sosial terdekat yang setiap hari dihadapi, selain di keluarga dan
masyarakat luas, perlu mencerminkan penghargaan nyata terhadap nilai-nilai,
kemanusiaan yang mau diperkenalkan dan ditumbuhkembangkan penghayatannya dalam
diri peserta didik. Misalnya, kalau sekolah ingin menanamkan nilai keadilan
kepada para peserta didik, tetapi di lingkungan sekolah itu mereka
terang-terangan menyaksikan berbagai bentuk ketidakadilan, maka di sekolah itu
tidak tercipta iklim dan suasana yang mendukung keberhasilan pendidikan nilai.
Tindakan nyata dan penghayatan hidup dari para pendidik atau
sikap keteladanan mereka dalam menghayati nilai-nilai yang mereka ajarkan akan
dapat secara instingtif mengimbas dan efektif berpengaruh pada peserta didik.
Sebagai contoh, kalau guru sendiri memberi kesaksikan hidup sebagai pribadi
yang selalu berdisiplin, maka kalau ia mengajarkan sikap dan nilai disiplin
pada peserta didiknya, ia akan lebih disegani.
Semua pendidik di sekolah, terutama para guru pendidikan
jasmani perlu jeli melihat peluang-peluang yang ada, baik secara kurikuler
maupun non/ekstra kurikuler, untuk menyadarkan pentingnya sikap dan perilaku
positif dalam hidup bersama dengan orang lain, baik dalam keluarga, sekolah,
maupun dalam masyarakat. Misalnya sebelum pelajaran dimulai, guru menegaskan
bila anak tidak mengikuti pelajaran karena membolos, maka nilai pelajaran akan
dikurangi.
Secara kurikuler pendidikan nilai yang membentuk sikap dan
perilaku positif juga bisa diberikan sebagai mata pelajaran tersendiri,
misalnya dengan pendidikan budi pekerti. Akan tetapi penulis tidak menyarankan
untuk di lakukan.
Melalui pembinaan rohani siswa, melalui kegiatan pramuka,
olahraga, organisasi, pelayanan sosial, karya wisata, lomba, kelompok studi,
teater, dll. Dalam kegiatan-kegiatan tersebut para pembina melihat peluang dan
kemampuannya menjalin komunikasi antar pribadi yang cukup mendalam dengan
peserta didik.
Salah satu pertanyaan yang sering
diajukan oleh guru-guru penjas belakangan ini adalah : “Apakah pendidikan
jasmani?” Pertanyaan yang cukup aneh ini justru dikemukakan oleh yang paling
berhak menjawab pertanyaan tersebut.
Hal tersebut mungkin terjadi karena
pada waktu sebelumnya guru itu merasa dirinya bukan sebagai guru penjas,
melainkan guru pendidikan olahraga. Perubahan pandangan itu terjadi menyusul
perubahan nama mata pelajaran wajib dalam kurikulum pendidikan di Indonesia,
dari mata pelajaran pendidikan olahraga dan kesehatan (orkes) dalam kurikulum
1984, menjadi pelajaran “pendidikan jasmani dan kesehatan” (penjaskes) dalam
kurikulum1994.
Perubahan nama tersebut tidak
dilengkapi dengan sumber belajar yang menjelaskan makna dan tujuan kedua
istilah tersebut. Akibatnya sebagian besar guru menganggap bahwa perubahan nama
itu tidak memiliki perbedaan, dan pelaksanaannya dianggap sama. Padahal muatan
filosofis dari kedua istilah di atas sungguh berbeda, sehingga tujuannya pun
berbeda pula. Pertanyaannya, apa bedanya pendidikan olahraga dengan pendidikan
jasmani ?
Pendidikan jasmani berarti program
pendidikan lewat gerak atau permainan dan olahraga. Di dalamnya terkandung arti
bahwa gerakan, permainan, atau cabang olahraga tertentu yang dipilih hanyalah
alat untuk mendidik. Mendidik apa ? Paling tidak fokusnya pada keterampilan
anak. Hal ini dapat berupa keterampilan fisik dan motorik, keterampilan
berpikir dan keterampilan memecahkan masalah, dan bisa juga keterampilan
emosional dan sosial.
Karena itu, seluruh adegan
pembelajaran dalam mempelajari gerak dan olahraga tadi lebih penting dari pada
hasilnya. Dengan demikian, bagaimana guru memilih metode, melibatkan anak,
berinteraksi dengan murid serta merangsang interaksi murid dengan murid
lainnya, harus menjadi pertimbangan utama
2.7. Perumusan materi dalam pembelajaran penjasorkes
untuk
memudahkan penetapan materi pembelajaran, dapat diacu dari indikator. Contoh:
indikator: peserta didik dapat menyebutkan ciri-ciri kehidupan. Materi pembelajarannya: ciri-ciri kehidupan:
nutrisi, bergerak, bereproduksi, transportasi, regulasi ,iritabilitas, bernapas,
dan ekskresi.
Pembelajaran
mengandung makna kegiatan memilih, menetapkan, dan mengembangkan
matode/strategi yang optimal untuk mencapai hasil pembelajaran yang diinginkan.
Metode dan strategi pembelajaran sering digunakan secara bergantian untuk
menjelaskan makna yang sama. Terdapat 4 hal yang menjadi urusan strategi
pengelolaan pembelajaran, yaitu :
1. Penjadwalan
Penggunaan Strategi Pembelajaran
Penjadwalan
penggunaan suatu strategi atau komponen suatu strategi, baik itu untuk strategi
pengorganisasian pembelajaran maupun strategi penyampaian pembelajaran,
merupakan bagian yang penting dalam pengelolaan pembelajaran. Penjadwalan
pengorganisasian pembelajaran biasanya mencakup pertanyaan kapan dan berapa
lama seorang siswa/mahasiswa menggunakan setiap komponen strategi pengorganiasasian,
sedangkan penjadwalan strategi penyampaian biasanya melibatkan keputusan,
seperti kapan dan untuk berpa lama seorang siswa/mahasiswa menggunakan jenis
media.
2. Pembuatan Catatan Kemajuan Belajar
Pembuatan
catatan tentang kemajuan belajar siswa penting sekali bagi keperluan
pengambilan keputusan-keputusan yang terkait dengan strategi pengelolaan.
Keputusan apapun yang diambil harus didasarkan pada informasi yang lengkap
mengenai kemajuan belajar siswa/mahasiswa. Keputusan memilih dan menggunakan suatu
komponen strategi pengorganisasian juga sebaiknya didasarkan pada kemajuan
belajara siswa/mahasiswa.
Catatan tentang kemajuan belajar siswa/mahasiswa juga diperlukan untuk mengambil keputusan mengenai perlu tidaknya siswa/mahasiswa tertentu diberikan strategi motivasional lanjutan.
Catatan tentang kemajuan belajar siswa/mahasiswa juga diperlukan untuk mengambil keputusan mengenai perlu tidaknya siswa/mahasiswa tertentu diberikan strategi motivasional lanjutan.
Kemajuan belajar siswa/mahasiswa biasanya juga
dapat digunakan untuk menaksir keefektifan suatu strategi pembelajaran. Catatan
tentang kemajuan belajar siswa/mahasiswa ini dapat digunakan sebagai informasi
untuk mengambil keputusan mengenai perlu tidaknya ada perbaikan strategi
pembelajaran (strategi pengorganisasian, strategi penyampaian, dan strategi
pengelolaan). Taksiran yang tepat akan amat membantu pemilihan strategi
pembelajaran yang optimal.
3. Pengelolaan
Motivasional
Bagian ini
adalah merupakan bagian yang amat penting dari pengelolaan interaksi
siswa/mahasiswa dengan pembelajaran. Kegunaannya adalah untuk meningkatkan dan
sekaligus untuk mempertahankan motivasi belajar siswa/mahasiswa. Sebagian besar
bidang studi sebenarnya memiliki daya tarik untuk dipelajari, namun
pembelajaran gagal menggunakannya seabagai alat motivasional. Akibatnya bidang
studi kehilangan daya tariknya, dan yang tinggal hanya kumpulan fakta, konsep,
prosedur atau prinsip yang tidak bermakna.
Ada
komponen-komponen strategi pembelajaran variable motivasional yang dapat
digunakan untuk meningkatkan motivasi belajar suatu bidang studi. Penggunaan
strategi pengorganisasian dan penyampaian pembelajaran yang sesuai dengan
karakteristik siswa/mahasiswa dihipotesiskan memiliki pengaruh motivasional
yang tinggi pada belajar siswa/mahasiswa.
4. Kontrol Belajar
Kontrol belajar
merupakan bagian penting untuk mempreskripsikan strategi pengelolaan
pembelajaran. kegunaannya adalah untuk menetapkan agar pembelajaran benar-benar
sesuai dengan karakteristik perseorangan. variabel ini mengacu pada kepada
kebebasan siswa/mahasiswa melakukan pilihan pada bagian ini yang dipelajari,
kecepatan belajar, komponen strategi pembelajaran yang dipakai, dan strategi kognitif
(berpikir) yang digunakan.
Keempat aspek
ini dapat member petunjuk bagaimana cara ,mengelola pembelajaran. Strategi
pengelolaan yang berurusan dengan control belajar banyak terkait dengan aspek
penjadwalan, misalnya kapan memilih bagian isi yang akan dipelajari sebaiknya
diberikan kepada siswa/mahasiswa, bagian isi mana sebaiknya dipelajari terlebih
dulu, dan bagaimana menata pembelajaran untuk siswa/mahasiswa yang termasuk
kelompok cepat, sedang dan lambat dan sebagainya.
Pengaruh
Karakteristik Dalam Menetapkan Strategi Pengelolaan
Faktor kondisional yang paling berpengaruh dalam menetapkan strategi pengelolaan adalah karakteristik siswa/mahasiswa. Karakteristik siswa/mahasiswa juga menjadi pertimbangan pokok dalam pengelolaan strategi penyampaian.
Faktor kondisional yang paling berpengaruh dalam menetapkan strategi pengelolaan adalah karakteristik siswa/mahasiswa. Karakteristik siswa/mahasiswa juga menjadi pertimbangan pokok dalam pengelolaan strategi penyampaian.
B.
Pemilihan metode dalam pembelajaran penjasorkes
Metode dapat
diartikan benar-benar sebagai metode, tetapi dapat pula diartikan sebagai model
atau pendekatan pembelajaran, bergantung pada karakteristik pendekatan atau
strategi yang dipilih. Karena itu pendekatan pembelajaran dan metode yang di
integrasikan dalam satu kegiatan pembelajaran peserta didik:
a. Pendekatan
pembelajaran yang digunakan, misalnya: pendekatan proses, pembelajaran
langsung, pemecahan masalah dsb.
b. Metode-metode
yang digunakan, misalnya: ceramah, observasi, tanya jawab dsb.
Strategi
Penyampaian Isi Pembelajaran
Strategi penyampaian (delivery strategy) mengacu pada cara-cara yang dipakai untuk menyampaikan pembelajaran kepada siswa/mahasiswa dan sekaligus untuk menerima serta merespon masukan-masukan dari siswa/mahasiswa.
Secara lengkap ada 3 komponen yang perlu diperhartikan dalam mempreskripsikan strategi penyampaian, yaitu :
Strategi penyampaian (delivery strategy) mengacu pada cara-cara yang dipakai untuk menyampaikan pembelajaran kepada siswa/mahasiswa dan sekaligus untuk menerima serta merespon masukan-masukan dari siswa/mahasiswa.
Secara lengkap ada 3 komponen yang perlu diperhartikan dalam mempreskripsikan strategi penyampaian, yaitu :
1. Media
Pembelajaran
Media
pembelajaran adalah komponen strategi penyampaian yang dapat dimuati pesan yang
akan disampaikan kepada siswa/mahasiswa, apakah itu orang, alat atau bahan.
2. Interaksi Siswa/mahasiswa Dengan Media
2. Interaksi Siswa/mahasiswa Dengan Media
Komponen
strategi penyampaian pembelajaran yang mengacu kepada kegiatan apa yang
diakukan oleh siswa/mahasiswa dan bagaimana peranan media dalam merangsang
kegiatan belajar itu.
3. Bentuk (Struktur) Belajar Mengajar
Komponen
strategi pembelajaran yang mengacu kepada apakah siswa/mahasiswa belajar dalam
kelompok kecil, perorangan, ataukah mandiri. Dalam menetapkan manakah yang
lebih dahulu ditetapkan dari ketiganya, tidak ada deskripsi yang baku mengenai
hal itu. Ketiganya harus dipertimbangkan secara serentak, dan titik awalnya
dapat dimulai dari salah komponen. Bila dimulai dari media pembelajaran, maka
bentuk belajar mengajar harus disesuaikan dengan media yang telah ditetapkan,
dan akhirnya kegiatan belajar siswa/mahasiswapun harus dijabarkan dari kedua
komponen ini. Bila diputuskan untuk memilih bentuk belajar-mengajar lebih dulu,
maka kedua komponen harus menyesuaikan. Untuk membentuk suatu kesatuan stretegi
penyampaian pembelajaran yang efektif, komponen apapun yang ditetapkan pertama
kali harus berpijak pada tujuan khusus pembelajaran, karakteristik isi,
karakteristik siswa/mahasiswa, serta kendala yang nyata ada.
C.
Organisasi pembelajaran penjasorkes
Organisasi
belajar atau organisasi pembelajaran adalah suatu konsep dimana organisasi
dianggap mampu untuk terus menerus melakukan proses pembelajaran mandiri (self learning) sehingga organisasi tersebut
memiliki ‘kecepatan berpikir dan bertindak’ dalam merespon beragam perubahan
yang muncul.
Pedler, Boydell
dan Burgoyne mendefinisikan bahwa organisasi pembelajaran adalah “Sebuah
organisasi yang memfasilitasi pembelajaran dari seluruh anggotanya dan secara
terus menerus mentransformasikan diri”. • Menurut Lundberg (Dale, 2003)
menyatakan bahwa pembelajaran adalah “suatu kegiatan bertujuan yang diarahkan
pada pemerolehan dan pengembangan keterampilan dan pengetahuan serta
aplikasinya”. • Menurut Sandra Kerka (1995) yang paling konseptual dari
learning organization adalah asumsi bahwa ‘belajar itu penting’, berkelanjutan,
dan lebih efektif ketika dibagikan dan bahwa setiap pengalaman adalah suatu
kesempatan untuk belajar.
Strategi
pengorganisasian isi pembelajaran tingkat makro oleh Reigeluth, Bunderssen, dan
Merrill (1977) sebagai structural strategy, yang mengacu pada cara untuk
membuat urutan (sequencing) dan mensintesis (synthesizing) fakta-fakta, konsep
prosedur-prosedur, atau prinsip-prinsip yang berkaitan.
Langkah-langkah penataan isi pembelajaran adalah sebagai berikut :
1. Penyajian kerangka isi
Langkah-langkah penataan isi pembelajaran adalah sebagai berikut :
1. Penyajian kerangka isi
Pembelajaran
dimulai dengan penyajian kerangka isi, struktur yang memuat bagian-bagian yang
paling penting dari isi/pesan yang akan diajarkan
2. Elaborasi tahap pertama
2. Elaborasi tahap pertama
Elaborasi tahap
pertama adalah mengelaborasi tiap-tiap bagian yang ada dalam kerangka isi,
mulai dari bagian yang terpenting. Elaborasi tipa-tiap bagian diakhiri dengan
rangkuman dan pensintesis yang hanya mencakup isi yang baru saja diajarkan.
3. Pemberian rangkuman dan pensintesis eksternal
3. Pemberian rangkuman dan pensintesis eksternal
Pada akhir
elaborasi tahap pertama diberikan rangkuman dan diikuti dengan pensintesis
eksternal. Rangkuman berisi pengertian-pengertian singkat mengenai
konstruk-konstruk yang diajarkan dalam elaborasi, dan pensistesis eksternal
menunjukkan :
a. Hubungan-hubungan penting yang ada antar bagian yang telah dielaborasi
b. Hubungan antara bagian-bagian yang telah dielaborasi dengan kerangka isi.
4. Elaborasi tahap kedua
a. Hubungan-hubungan penting yang ada antar bagian yang telah dielaborasi
b. Hubungan antara bagian-bagian yang telah dielaborasi dengan kerangka isi.
4. Elaborasi tahap kedua
Setelah
elaborasi tahap pertama berakhir dan diintegrasikan dengan kerangka isi,
pembelajaran diteruskan keelaborasi tahap kedua yang mengelaborasi bagian pada
elaborasi tahap pertama dengan maksud membawa siswa/mahasiswa pada tingkat
kedalaman sebagaimana ditetapkan dalam tujuan pembelajaran. Seperti halnya
dalam elaborasi tahap pertama, setiap elaborasi tahap kedua disertai dengan
rangkuman dan pensintesis internal.
5. Pemberian rangkuman dan pensintesis eksternal
5. Pemberian rangkuman dan pensintesis eksternal
Pada akhir
elaborasi tahap kedua, diberikan rankuman dan pensintesis eksternal, seperti
pada elaborasi tahap pertama.
6. Setelah semua elaborasi tahap kedua disajikan, disintesiskan, dan diintegrasikan ke dalam kerangka isi.
7. Pada tahap akhir pembelajaran, disajikan kembali kerangka isi untuk mensintesiskan keseluruhan isi bidang studi yang telah diajarkan.
Berikut ini adalah tahapan yang perlu dilewati dalam proses pengembangan penataan isi pembelajaran :
1. Menetapkan tipe struktur orientasi
2. Memilih dan menata isi ke dalam strukturnya
3. Menetapkan isi penting yang akan dimasukkan dalam kerangka isi
4. Mengidentifikasi dan menetapkan struktur pendukung
5. Menata urutan elaborasi
6. Merancang kerangka isi, tahapan elaborasi, dan pensintesis.
6. Setelah semua elaborasi tahap kedua disajikan, disintesiskan, dan diintegrasikan ke dalam kerangka isi.
7. Pada tahap akhir pembelajaran, disajikan kembali kerangka isi untuk mensintesiskan keseluruhan isi bidang studi yang telah diajarkan.
Berikut ini adalah tahapan yang perlu dilewati dalam proses pengembangan penataan isi pembelajaran :
1. Menetapkan tipe struktur orientasi
2. Memilih dan menata isi ke dalam strukturnya
3. Menetapkan isi penting yang akan dimasukkan dalam kerangka isi
4. Mengidentifikasi dan menetapkan struktur pendukung
5. Menata urutan elaborasi
6. Merancang kerangka isi, tahapan elaborasi, dan pensintesis.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Olahraga bersifat netral dan umum, tidak digunakan
dalam pengertian olahraga kompetitif, karena pengertiannya bukan hanya sebagai
himpunan aktivitas fisik yang resmi terorganisasi (formal) dan tidak resmi
(informal).
Pendidikan jasmani pada dasarnya bersifat universal,
berakar pada pandangan klasik tentang kesatuan erat antara “body and mind”,
Pendidikan jasmani adalah bagian integral dari pendidikan melalui aktivitas
jasmani yang bertujuan untuk meningkatkan individu secara organik,
neuromuskuler, intelektual dan emosional
Perumusan materi dalam pembelajaran penjasorkes
untuk memudahkan penetapan materi
pembelajaran, dapat diacu dari indikator. Contoh: indikator: peserta didik dapat
menyebutkan ciri-ciri kehidupan. Materi
pembelajarannya: ciri-ciri kehidupan: nutrisi, bergerak, bereproduksi,
transportasi, regulasi ,iritabilitas, bernapas, dan ekskresi. Terdapat 4 hal
yang menjadi urusan strategi pengelolaan pembelajaran, yaitu :
1.
Penjadwalan Penggunaan Strategi Pembelajaran
2.
Pembuatan Catatan Kemajuan Belajar
3.
Pengelolaan Motivasional
4.
Kontrol Belajar
2.
Pemilihan metode dalam pembelajaran penjasorkes
3.
Organisasi pembelajaran penjasorkes
Berikut ini adalah tahapan yang
perlu dilewati dalam proses pengembangan penataan isi pembelajaran :
1. Menetapkan tipe struktur orientasi
2. Memilih dan menata isi ke dalam strukturnya
3. Menetapkan isi penting yang akan dimasukkan dalam kerangka isi
4. Mengidentifikasi dan menetapkan struktur pendukung
5. Menata urutan elaborasi
6. Merancang kerangka isi, tahapan elaborasi, dan pensintesis.
1. Menetapkan tipe struktur orientasi
2. Memilih dan menata isi ke dalam strukturnya
3. Menetapkan isi penting yang akan dimasukkan dalam kerangka isi
4. Mengidentifikasi dan menetapkan struktur pendukung
5. Menata urutan elaborasi
6. Merancang kerangka isi, tahapan elaborasi, dan pensintesis.
B.
Kritik dan Saran
Dalam penyusunan makalah ini,
penulis menyadari bahwa banyaknya kekurangan, maka dari itu, penulis menerima
kritik dan saran yang membangun dari pembaca dalam penyempurnaan makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA
Ikhwanuddin Syarif (ed). (2001) Pendidikan untuk
Masyarakat Indonesia baru,
70 tahun Prof. Dr. H.A.R. Tilaar, M.Sc. Ed. Jakarta:
Grasindo, 2001.
Rusli Lutan (ed)., (2001) Olahraga dan Etika Fair
Play. Direktorat
Pemberdayaan IPTEK
Olahraga, Dirjen OR, Depdiknas, Jakarta: CV.
Berdua Satutujuan.
Sutan Zanti dan Syahniar Syahrun, (1993) Dasar-dasar
Kependidikan. Jakarta:
Dirjeb Pend. Tinggi.
http://id.wikipedia.org/wiki/Organisasi_belajar
0 komentar:
Post a Comment