KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr.Wb.
Alhamdulillah, Puji syukur kehadirat Alloh SWT yang telah memberikan Rahmat dan Nikmat-Nya berupa kenikmatan Iman Islam juga kesehatan jasmani dan rohani sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah FILSAFAT UMUM dengan tema “MATERIALISME”.
Sholawat dan salam semoga tetap tercurahkan kepada junjungan kita nabi Muhammad s.a.w yang telah membawa umatnya dari zaman jahiliyah menuju zaman yang terang benderang yakni Ad-dinulhaq Ad-dinul islam.
Terima kasih kami sampaikan kepada:
1. Bpk. Drs. Ach. Faisol M.Ag selaku dosen pembimbing
2. Rekan-rekan kelompok I yang telah menyusun makalah ini
3. Semua pihak yang telah membantu penyusunan makalah ini
Semoga semua bantuan baik berupa materi, tenaga maupun pikiran dicatat oleh Alloh SWT sebagai amal ibadah. Tak lupa kami juga mohon maaf apabila dalam penyusunan makalah ini masih banyak kekurangan dan jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu kritik dan saran yang membangun dari semua pihak sangat kami harapkan demi perbaikan-perbaikan di masa mendatang.
Akhirnya, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua, Amiin.
Wassalamualaikum Wr Wb.
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR………………………………………………………………… i
DAFTAR ISI…………………………………………………………………………... ii
BAB I. PENDAHULUAN
1.1. Latar belakang………………………………………………………………….. 1
1.2. Rumusan masalah………………………………………………………………. 1
1.3. Tujuan penulisan………………………………………………………………... 1
BAB II. PEMBAHASAN
2.1. Pengertian Materialisme………………………………………………………… 2
2.2. Ciri-ciri paham Materialisme…………………………………………………… 3
2.3. Tokoh-tokoh pemikir paham Materialisme…………………………………….. 3
2.4. Pendapat-pendapat yang ada pada paham Materialisme……………………….. 3
2.5. Aliran-aliran dalam Materialisme……………………………………………… 4
2.5.1. Aliran Materialisme Mekanik………………………………………………….. 4
2.5.2. Aliran Materialisme Metafisik…………………………………………………. 5
2.5.3. Aliran Materialisme Dialektis………………………………………………….. 5
BAB III. MATERIALISME MENURUT PANDANGAN ISLAM
3.1. Materialisme dan akidah Islam………………………………………………… 6
3.2. Bahaya Materialisme…………………………………………………………… 8
3.3. Cara mengobati penyakit Materialisme………………………………………… 8
BAB IV. PENUTUP
4.1. Kesimpulan…………………………………………………………………….. 10
4.2. Saran…………………………………………………………………………… 10
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………………. 11
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1.Latar
belakang
Akal
merupkan kelebihan yang dimiliki manusia dibanding dengan makhluk yang lain. Dari
akal pula muncul berbagai ilmu pengetahuan meskipun pemikiran yang dilakukan
akal bersumber pula dari ilmu-ilmu yang telah ada. Dengan kemampuan rasio
manusia dapat menjangkau jauh sesuatu dan menemukan sebuah kebenaran filsafat. Dengan tingkat
pemahaman manusia yang beragam menyebabkan perbedaan pendapat tentang kebenaran
yang dianut. Hal ini menimbulkan berbagai aliran dalam dunia fisafat yang salah
satunya adalah filsafat materialisme.
Pada
sekitar abad 19 paham materialism ini tumbuh subur di barat karena sudah banyak
para filosof yang menganut paham tersebut. Meskipun demikian teori ini banyak
ditentang oleh para tokoh agama karena paham ini dianggap tidak mengakui adanya
Tuhan dan dianggap tidak dapat menggambarkan kenyataan.
1.2.Rumusan
masalah
a. Pengertian
materialisme dan tokoh-tokohnya
b. Materialisme
menurut pandangan islam
c. Bahaya
materialisme dan cara mengobati penyakit materialisme
1.3.Tujuan
penulisan
a. Untuk
memenuhi tugas mata kuliah filsafat umum
b. Untuk
mengetahui sejarah perkembangan dan tokoh pemikir matrialisme
c. Agar
kita bisa membedakan paham-paham yang sesuai atau tidak sesuai dengan ajaran
islam
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Pengertian materialisme
Materialisme
adalah adalah paham dalam filsafat yang menyatakan bahwa
hal yang dapat dikatakan benar-benar ada adalah materi. Pada
dasarnya semua hal terdiri atas materi dan semua fenomena adalah hasil
interaksi material. Materi adalah satu-satunya substansi. Sebagai
teori, materialisme termasuk paham ontologi monistik. Akan
tetapi, materialisme berbeda dengan teori ontologis yang
didasarkan pada dualisme atau pluralitas. Dalam memberikan
penjelasan tunggal tentang realitas, materialisme berseberangan dengan
idealisme.
Kata
materialisme terdiri dari kata "materi" dan "isme". “ materi”
dapat dipahami sebagai "bahan; benda; segala sesuatu yang tampak". Materialisme
adalah pandangan hidup yang mencari dasar segala sesuatu yang termasuk kehidupan manusia di
dalam alam kebendaan semata-mata, dengan mengesampingkan segala sesuatu yang
mengatasi
alam indra. Sementara itu,
orang-orang yang hidupnya berorientasi kepada materi disebut sebagai
"materialis". Orang-orang ini adalah para pengusung paham
(ajaran) materialisme atau juga orang yang mementingkan kebendaan semata
(harta,uang,dsb).
Materialisme
adalah paham yang hanya bersandar pada materi (Mad’ah) yang tidak meykini apa
yang ada di balik alam ghaib. Tidak meyakini alam ghaib berarti tidak meyakini
adanya kekuatan yang menguasai alam semesta ini dan hal itu secara otomatis
menafikan adanya Tuhan sebagai pencipta alam semesta, karena menurut paham ini
alam beserta isinya berasal dari satu sumber yaitu materi. Pemikiran ini sama
halnya dengan Atheisme dalam bentuk dan subtansinya yang tidak mengakui adanya
Tuhan secara mutlak. Para penganut paham ini menolak agama sebagai hukum
kehidupan manusia, mereka lebih mengedepankan akal sebagai sumber segala hukum.
Pada akhirnya prinsip ini melahirkan suatu ideologi bahwa hokum hanyalah apa
yang bisa diterima oleh akal, padahal kita tahu bahwa hasil pemikiran manusia
bersifat relatif, dalam artian bisa salah dan juga bisa benar. Materialisme dan
Atheisme memiliki ikatan yag sangat erat yang tidak bisa dipisahkan antara
keduanya, yaitu tidak mengakui adanya Tuhan karena mereka mengingkari alam
ghaib.
2.2. Ciri-ciri faham materialisme
Setidaknya
ada 5 dasar
idiologi yang dijadikan dasar keyakinan paham
ini:
Ø Segala
yang ada (wujud) berasal dari satu sumber yaitu materi (ma’dah).
Ø Tidak
meyakini adanya alam ghaib.
Ø Menjadikan
panca indra sebagai satu-satunya alat mencapai ilmu.
Ø Memposisikan
ilmu sebagai pengganti agama dalam peletakan hukum.
Ø Menjadikan
kecondongan dan tabiat manusia sebagai akhlak.
Ø Adalah
sebuah paham garis pemikiran, dimana manusia sebagai nara sumber dan juga sebagai resolusi dari
tindakan yang sudah ada dengan jalan dialetis.
2.3. Tokoh-tokoh pemikir paham materialisme
Filsuf
yang pertama kali memperkenalkan paham ini adalah Epikuros .
Ia merupakan salah satu filsuf terkemuka pada masa filsafat kuno. Selain Epikuros,
filsuf lain yang juga turut mengembangakan aliran filsafat ini adalah Demokritos, Thales,
Anximanoros, Horaklitos dan Lucretius Carus Pendapat
mereka tentang materialisme, dapat kita samakan dengan materialisme yang
berkembang di
Prancis pada masa pencerahan. Dua karangan karya La
Mettrie yang cukup terkenal mewakili paham ini
adalah L'homme machine (manusia mesin) dan L'homme plante (manusia tumbuhan).
Dalam waktu yang sama, di
tempat lain muncul seorang Baron von holbach yang mengemukakan
suatu materialisme ateisme. Materialisme ateisme serupa
dalam bentuk dan substansinya, yang tidak mengakui adanya Tuhan secara
mutlak. Jiwa sebetulnya sama dengan fungsi-fungsi otak. Pada Abad 19
muncul filsuf-filsuf materialisme asal Jerman seperti Feuerbach, Moleschott, Buchner,
dan Haeckel Merekalah
yang kemudian meneruskan keberadaan materialisme.
2.4. Pendapat-pendapat yang ada pada paham
materialisme
Materialisme
adalah suatu aliran dalam filsafat yang pandangannya bertitik tolak pada materi
(benda). Materialisme memandang bahwa benda itu primer sedangkan ide itu
ditempatkan di sekundernya, sebab materi itu ada terlebih dahulu baru kemudian
ada ide. Pandangan ini berdasarkan atas kenytaan menurut proses waktu dan zat.
Misalnya menurut proses waktu, lama sebelum manusia yang mempunyai ide itu ada di dunia, alam raya ini sudah ada.
Dan menurut zat, manusia tidak bisa berfikir atau mempunyai ide apabila tidak
mempunyai otak sedangkan otak adalah sebuah benda yang bisa dirasakan oleh
panca indera kita. Otak atau materi ini yang lebih dulu ada lalu baru muncul
ide dari padanya.
Para filsuf
materialisme menganggap bahwa materi
berada di atas segala-galanya. Beberapa pendapat mereka yang lain adalah:
a)
Tidak ada Sesutu yang bersifat non material seperti roh, hantu,
syetan, malaikat. Pelaku-pelaku immaterial tidak ada.
b)
Tidak ada Tuhan atau dunia adikodrati (supranatural). Realitas
satu-satunya adalah materi dan segala sesuatu merupakan manifestasi aktifitas
materi.
c)
Setiap peristiwa mempunyai sebab material dan penjelasan material
tentang semua itu merupakan satu-satunya penjelasan yang paling tepat.
d) Materi dan aktifitasnya
bersifat abadi. Tidak ada sebab pertama dan penggerak pertama.
e)
Bentuk material dari barang-barang dapat diubah tapi materi tidak
dapat diciptakan atau dimusnahkan.
f)
Tidak ada kehidupan yang kekal, semua gejala berubah akhirnya
melampaui eksistensi yang kembali lagi ke dasar material primordial, abadi
dalam sutu peralihan wujud kembali yang abadi dari materi.
2.5. Aliran-aliran dalam materialisme
2.5.1. Aliran Materialisme Mekanik
Materialism mekanik adalah aliran filsafat yang
pandangannya materialis sedangkan methodenya mekanis. Aliran ini mengajarkan
bahwa materi itu selalu dalam keadan
gerak dn berubah. Gerakan itu adalah gerakan yang mekanis artinya gerak yang
tetap selamanya atau gerak yang berulang-ulang (Endlessloop) seperti mesin
tanpa perkembangan atau peningkatan secara kualitatif. Tokoh-tokoh yang
terkenal sebagai pengusung aliran ini adalah Demokritus (± 460-370), Heraklitus
(± 500 SM ). Wakil-wakil pada abad ke-17 adalah Thomas Hobbes (1588-1679 M),
Benedictus Spinoza (1632-1677M) dsb. Aliran filsafat materialism mekanik
mencapai titik puncaknya ketika terjadi revolusi perancis pada abad ke-18 yang
diwakili oleh Paul de holbach (1723-1789), Lamettrie (1709-1751 M) sehingga
materialism mekanik disebut juga sebagai materialisme Perancis.
2.5.2. Aliran Materialisme
Metafisik
Materialisme
Metafisik adalah paham yang mengajarkan bahwa materi itu selalu dalam keadaan
diam, tetap atau statis selamanya. Seandainya materi itu berubah maka perubahan
tersebut terjadi karena factor luar atau kekuatan dari luar. Gerak materi itu
disebut gerak ekstern atau gerak luar selanjutnya materi itu dalam keadaan
terpisah-pisah atau tidak mempunyai hubungan antara satu dengan yang lainnya.
Tokoh aliran filsafat ini adalah Feurbach.
2.5.3. Aliran Materialisme Dialektis
Materialisme
Dialektis adalah aliran filsafat yang bersandar pada materi(benda) dan
methodenya dalektis. Aliran ini mengajarkan bahwa materi itu mempunyai
keterhubungan satu dengan lainnya, saling mempengaruhi dan saling bergantung
satu dengan lainnya. Gerak materi itu adalah gerak yang dialektis artinya
pergerakan atau perubahan menuju bentuk yang lebih tinggi atau lebih maju
seperti spiral. Tokoh-tokoh pencetus filsafat ini adalah Karl Marx (1818-1883
M), Friedrich Engels (1820-1895 M). Gerakan materi itu adalah gerakan intern
yaitu bergerak atau berubah karena dorongan dari faktor dalamnya (motive
force-nya). Yang disebut “Diam” hnya tampaknya atau bentuknya sebab hakikat
dari gejala yang tampaknya atau bentuknya diam itu isinya tetap gerak. Methode
yang dipakai adalah dialektika Hegel. Marx mengakui bahwa orang yunani-lah yang
pertama kali menemukan methode dilektika, tetapi Hegelah yang mensistematiskan
metode tersebut dan oleh Marx dujungkir balikkan dengan bersandarkan
materialisme. Marx dan Engels mengambil materialisme Feurbach dan membuang
metodenya yang metafisis sebagai dasar dari filsafatnya, dan memakai dialektika
sebagai metode dan membuang pandangan idealis Hegel. Dialektika Hegel menentang
dan menggulingkan metode metafisis yang selama berabad-abad menguasai lapangan
filsafat. Hegel mengatakan “ yang penting dalam filsafat adalah metode bukan
kesimpulan-kesimpulan mengenai ini dan itu”.
BAB III
MATERIALISME MENURUT PANDANGAN ISLAM
3.1. Materialisme dan Aqidah Islam
Salah satu fitnah zaman
modern dewasa ini adalah merebaknya ideology materialisme. Ideologi ini berdasarkan gagasan bahwa materi, harta,
atau kekayaan merupakan tolok ukur mulia tidaknya seseorang. Semakin kaya
seseorang berarti ia dipandang sebagai orang yang mulia dan semakin sedikit
materi atau harta yang dimilikinya berarti ia dipandang sebagai orang yang hina
dan tidak patut dihormati. Maka di dalam masyarakat yang telah diwarnai
materialisme, setiap anggota masyarakat akan berlomba mengumpulkan harta
sebanyak mungkin dengan cara bagaimanapun, baik itu dengan cara yang halal,
syubhat maupun haram.
Dalam sebuah masyarakat yang beridiologi materialisme,
seseorang menjadi sangat iri dan berambisi menjadi kaya setiap kali melihat ada
orang yang berlimpah harta lewat di tengah kehidupan mereka. Persis sebagaimana
masyarakat mesir di zaman hidupnya seorang tokoh kaya raya bernama qorun, dan
digambarkan di dalam Al-qur;an
فَخَرَجَ عَلَى قَوْمِهِ فِي زِينَتِهِ قَالَ
الَّذِينَ يُرِيدُونَ الْحَيَاةَ الدُّنْيَا
يَا
لَيْتَ لَنَا مِثْلَ مَا أُوتِيَ قَارُونُ إِنَّهُ لَذُو حَظٍّ عَظِيمٍ
”Maka keluarlah Qarun kepada kaumnya dalam
kemegahannya. Berkatalah orang-orang yang menghendaki kehidupan dunia:
"Moga-moga kiranya kita mempunyai seperti apa yang telah diberikan kepada
Qarun; sesungguhnya ia benar-benar mempunyai keberuntungan yang besar".(QS
Al-Qashshash ayat 79).
Zaman
kita dewasa inipun keadaannya sangat mirip dengan zaman Qarun tersebut.
Berbagai kemewahan tokoh kaya, selebritis, artis, olahragawan dan pejabat
dipertontonkan di televisi dan media lainnya sehingga masyarakat berdecak kagum
dan tentunya menjadi iri dan berambisi ingin menjadi hartawan seperti mereka
pula. Sedemikian kuatnya ambisi tersebut terkadang muncullah berbagai kasus
mengerikan di tengah masyarakat. Sebut saja munculnya perdagangan bayi,
penjualan organ tubuh, pelacuran, korupsi, pencurian, perampokan dan
pengkhianatan para pejuang yang semestinya berada di jalan Allah. Semua
itu dilakukan karena terbuai dengan mimpi ingin secara instan menjadi seorang
yang kaya.
Dalam sebuah hadits, Rasulullah – shallallahu ‘alaihi wa
sallam – telah bersabda,
يُوشِكُ الْأُمَمُ أَنْ تَدَاعَى عَلَيْكُمْ كَمَا
تَدَاعَى الْأَكَلَةُ إِلَى قَصْعَتِهَا فَقَالَ قَائِلٌ وَمِنْ قِلَّةٍ نَحْنُ
يَوْمَئِذٍ قَالَ بَلْ أَنْتُمْ يَوْمَئِذٍ كَثِيرٌ وَلَكِنَّكُمْ غُثَاءٌ
كَغُثَاءِ السَّيْلِ وَلَيَنْزَعَنَّ اللَّهُ مِنْ صُدُورِ عَدُوِّكُمْ
الْمَهَابَةَ مِنْكُمْ وَلَيَقْذِفَنَّ اللَّهُ فِي قُلُوبِكُمْ الْوَهْنَ فَقَالَ
قَائِلٌ يَا رَسُولَ اللَّهِ وَمَا الْوَهْنُ قَالَ حُبُّ الدُّنْيَا
وَكَرَاهِيَةُ الْمَوْتِ
“Hampir-hampir umat-umat yang ada saling menyeru untuk menyerbu kalian sebagaimana
para penyantap makanan menyerbu nampan makanannya.”
Lalu ada seorang sahabat yang bertanya, “Apakah dengan sebab jumlah
kita yang sedikit waktu itu?”
Beliau menjawab, “Bahkan kalian pada waktu itu sangat banyak, akan
tetapi kalian bagaikan buih banjir. Dan sungguh Allah akan mencabut rasa gentar
terhadap kalian dari dada-dada musuh kalian, dan Allah akan menimpakan ke dalam
hati kalian sikap wahn.”
Maka ada seorang sahabat yang bertanya, “Wahai Rasulullah, apa yang
dimaksud dengan wahn?”
Beliau menjawab, “Cinta dunia dan takut mati.”
[Hadits riwayat Abu Daud, Kitab al-Malahim, Bab Fii Tada'il Umam 'alal Islam,
Dishahihkan oleh al-Albani, lihat Shahih al-Jami' no. 8183, dan ash-Shahihah
no. 958]
Wahn, cinta dunia takut mati, adalah
suatu penyakit yang dikhawatirkan menimpa kaum muslimin dan akan menyebabkan
kelemahan mereka. Dan tampaknya, penyakit ini telah banyak menggerogoti tubuh
kaum muslimin pada masa kita sekarang. Hal ini susah kita pungkiri, karena
kenyataan kaum muslimin sekarang sangat persis dengan apa yang digambarkan
Rasulullah – shallallahu ‘alaihi wa sallam – ketika menjelaskan penyakit wahn
ini.
Kaum muslimin telah melemah, mereka
telah menjadi santapan empuk bagi musuh-musuh Islam. Bukan karena mereka
sedikit, bahkan jumlah mereka sangat banyak. Namun Allah telah mencabut rasa
gentar dari dada musuh-musuh Islam dan mencampakkan penyakit wahn ke dalam
tubuh kaum muslimin.
3.2. Bahaya
Materialisme
Wahn,
cinta dunia takut mati, adalah satu di antara berbagai pengaruh sikap dan
pandangan materialis yang terdapat pada sebagian atau mungkin kebanyakan kaum
muslimin. Hal ini tidak
lain karena kelemahan akidah yang mereka miliki. Jika kita perhatikan
keadaan kaum muslimin, akan kita dapati banyak dari mereka yang menjadikan
materi sebagai ukuran dalam menilai segala sesuatu. Pandangan mereka telah
menyempit pada perkara-perkara yang bisa langsung mereka rasakan. Mereka lebih
giat terhadap sesuatu yang tampak daripada sesuatu yang tak tampak (ghaib).
Mereka lebih giat mencari materi yang bisa langsung mereka rasakan di dunia ini
daripada mencari pahala akhirat yang belum bisa dirasakan di dunia ini. Ketika
mereka melihat kemajuan duniawi pada negara-negara kafir, mereka pun terdecak
kagum. Kekafiran yang ada pada mereka diabaikan, dan materilah yang jadi
ukuran. Akhirnya, mereka mengagungkan orang-orang kafir, menjadikannya sebagai
idola, mengikuti adat kebiasaan mereka, sehingga hilanglah sikap bara`ah
(berlepas diri dan membenci) terhadap orang-orang kafir, sikap yang pada
hakikatnya merupakan konsekuensi dari laa ilaaha illallah.
Demikianlah keburukan dan bahaya materialisme. Lebih parah
dari itu, pemikiran ini bisa saja berujung pada pengingkaran terhadap adanya
alam ghaib, pengingkaran terhadap jin, pengingkaran terhadap malaikat bahkan
pengingkaran terhadap akhirat, hari kebangkitan dan pengingkaran terhadap
adanya Tuhan. Ini adalah kekufuran yang nyata. Allah – Ta’ala – telah berfirman
tentang orang-orang kafir,
وَقَالُوا
إِنْ هِيَ إِلا حَيَاتُنَا الدُّنْيَا وَمَا نَحْنُ بِمَبْعُوثِينَ
“Dan mereka mengatakan, hidup hanyalah kehidupan kita di dunia ini saja, dan
kita sekali-sekali tidak akan dibangkitkan.” (al-An’am: 29)
3.3. Cara
mengobati penyakit Materialisme
Pertama,
Teladan kita Rasulullah Muhammad saw mengajarkan kita suatu prinsip penting dalam hal
menghindari berkembangnya kemungkinan faham materialisme di tengah masyarakat.
Nabi Muhammad saw justru mengajarkan ummat Islam agar
senantiasa rajin memandang kepada kalangan yang kurang beruntung secara
materi daripada diri kita sendiri. Hal ini diharapkan akan menumbuhkan rasa
syukur dan ridha atas pemberian Allah.
انْظُرُوا
إِلَى مَنْ أَسْفَلَ مِنْكُمْ وَلَا تَنْظُرُوا إِلَى مَنْ
هُوَ
فَوْقَكُمْ فَهُوَ أَجْدَرُ أَنْ لَا تَزْدَرُوا نِعْمَةَ اللَّهِ
“Pandanglah orang yang lebih rendah daripada
kalian, dan janganlah memandang orang yang di atas kalian. Maka yang demikian
itu lebih layak untuk dilakukan agar kalian tidak menganggap remeh akan nikmat
Allah yang telah dianugerahkan kepada kalian.” (HR Muslim)
Betapa dalamnya pesan Nabi Muhammad saw di atas. Andaikan setiap kita berpegang
teguh kepada prinsip di atas niscaya masyarakat akan terhindar dari ideologi
materialisme. Tidak mungkin akan muncul suatu anggapan bahwa harta merupakan
tolok ukur kemuliaan seseorang. Setiap orang akan senantiasa rajin mensyukuri
segenap karunia Allah yang telah diterimanya. Islam mengajarkan bahwa tolok
ukur kemuliaan sejati ialah taqwa seseorang kepada Allah.
Kedua, Islam telah menyediakan vaksin
untuk mencegah dan obat mujarab untuk menyembuhkan penyakit materialisme. Dalam
Islam ada satu cara yang sangat efektif dan praktis untuk mencegah dan
mengobati materialisme, yaitu dengan cara mengingat mati.
Dari Abu Hurairah, dari Nabi saw,
beliau berkata:
أَكْثِرُوا ذِكْرِ هَاذِمِ اللَّذَّاتِ
“Perbanyaklah
mengingat hal yang akan memutuskan berbagai kenikmatan.” – yaitu maut. (HR.
Ashabus Sunan, dishahihkan Al-Albani dalam Al-Irwa’)
Salah satu efek positif dari
mengingat mati adalah menyebabkan hati memiliki sikap qana’ah.
“Barangsiapa
banyak mengingat mati maka dia akan dimuliakan dengan tiga perkara: segera
bertaubat, hatinya qana’ah terhadap dunia, dan semangat beribadah. Sedangkan
barangsiapa yang melupakan mati, dia akan dibalas dengan tiga perkara: menunda-nunda
taubat, hatinya tidak qana’ah terhadap dunia, dan malas beribadah. Maka
ingat-ingatlah kematian, sakaratul maut, dan susah serta sakitnya, wahai orang
yang tertipu dengan dunia!”
(Abu Ali Ad-Daqqaq rahimahullah)
BAB IV
PENUTUP
4.1. Kesimpulan
Matrialisme adalah paham dalam
filsafat yang pandangannya bertitik tolak pada materi. Paham yang sudah ada
sejak berabad-abad tahun yang lalu itu begitu besar pengaruhnya terhadap
kehidupan manusia bahkan terasa sampai sekarang. Paham ini mempengaruhi peta
pemikiran manusia yang seharusnya hidup berdampingan secara damai tetapi
pemikiran ini justru berdampak negatif bagai racun yang menyebar dan mematikan
meski pemikiran ini kerapkali dihiasi dengan komposisi yang Nampak indah dan
memukau. Oleh karena itu, agar tidak mudah terpesona oleh godaan-godaan yang
ditawarkan oleh paham materialisme, maka cara yang paling jitu bagi seorang
muslim adalah kembaali pada akidah islamiyah.
4.2. Saran
- Dengan mempelajari filsafat dan dengan memperdalam
wawasan mengenai aliran-aliran di dalamnya yang salah satunya adalah
Materialisme, diharapkan seorang muslim bisa membekali diri dan memberikan
filter pada dirinya terhadap paham-paham yang dapat merusak akidah.
- Materi atau harta bukanlah Sesuatu yang harus kita
abaikan tetapi justru harus kita cari asalkan materi tersebut tidak
mengendalikan hati sehingga dengan adanya materi atau harta diharapkan
akan bisa mengantarkan kita ke alam surgawi.
DAFTAR PUSTAKA
Ø Id.wikipedia.org/wiki/Materialisme
Ø Albamalanjy.wordpress.com/materialism
Ø Pro.pengusahamuslim.com/bahaya
materialisme
izin copas bosque
ReplyDelete